kisah si anjing liar

TINGGAL di Oval Office alias seputaran Taman Oval Ladang (alamat rumah saya cari sendiri deh) memang asri. Banyak pepohonan, tetangga juga baik, udaranya kalau pagi-pagi bersihhhhhhh. Sejuk rek! Tapi… ada tapinya nih. Banyak anjingnya. Hihhhhhhh….

Mungkinkah karena letak bak sampahnya yang tepat di pinggir jalan, sehingga kalau ada warga yang membuang sampah basah pasti deh berceceran di jalan. (kayaknya pak rt-nya belum sosialisasi green and clean neh). Biasalah dikorek-korek si anjing-anjing liar. Belum lagi kalau malam. Wuih, suara lolongan anjing kerap membuat tak bisa tidur nyenyak.

Saya saja sampai risih dan bergidik tatkala anjing sempat masuk ke halaman rumah. Wah, kan kalau kena liurnya anjing bisa dicuci 7 kali nih. Belum lagi kalau digigit. Wah… jangan sampai deh. Bisa-bisa kena rabies.

Tapi… kok tapi lagi sih…. Ada tapinya lho. Ada anjing sama dengan menjaga keamanan kampung. Biar pencuri pada lari semua. Bagaimana mau jalan-jalan malam, kalau tiap kali jalan pasti si anjing sudah menyalak duluan membangunkan si empunya rumah. Maling pasti ngacir duluan deh.

Ada anjing, rabies mengintai. Nggak ada anjing, maling mengintai. Pilih mana? Saya pilih ada anjing, tapi sudah disuntik rabies. Kalau ada anjing kan biar maling-maling atau orang jahat ngacir semua. Hehehehe.

Sampai sekarang saya masih penasaran, siapa sih pemilik anjing-anjing itu. Jumlah anjingnya saya hitung lebih dari 10 ekor. Sekarang masih saya sebut anjing liar. Karena saya nggak tahu siapa pemiliknya. Kata Pak Satpam –kebetulan bertetanggaan dengan satpam kantor—kalau musim kawin, anjing-anjing liar dan anjing-anjing piaraan kumpulnya di seputaran ladang. Wah, bapak ada ada saja. Pengamat anjing liar rupanya. Atau malah sekarang ganti profesi jadi dokter hewan. Hehehehe.